Solitary Fibrous Tumor: a Retrospective Study on Histopathologic Features and Immunohistochemistry Staining at Cipto Mangunkusumo Hospital
Nurjati Chairani Siregar
Aina Angelina
Immanuel Natanael Tarigan
August 2018 • DOI: 10.23886/ejki.6.9785.
Abstract
Solitary fibrous tumor (SFT), tergolong tumor mesenkimal jenis sel spindel yang jarang ditemukan dan sifat biologiknya sulit diprediksi. Gambaran klinik SFT tidak khas dan gambaran morfologiknya berspektrum luas sehingga sulit dibedakan dengan tumor mesenkimal sel spindel yang lain baik jinak maupun ganas. Pada sebagian besar kasus, diperlukan pemeriksaan imunohistokimia (IHK) untuk menegakkan diagnosis SFT dan menyingkirkan diagnosis banding. Studi retrospektif ini bertujuan mengetahui karakteristik demografik, gambaran histopatologik dan pentingnya pulasan IHK dalam mendiagnosis SFT. Data sekunder berasal dari catatan medik Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM tahun 2010-2016. Gambaran histopatologik yang dinilai meliputi simpai, pola histopatologik, selularitas, pleomorfisme, mitosis, nekrosis, rekurensi serta metastasis. Dari 35 sampel yang dapat dianalisis terdapat lebih banyak subjek laki-laki yaitu 20 kasus dan usia <55 tahun yaitu 29 kasus. Lokasi ekstrapleura lebih banyak ditemukan yaitu 31 kasus dibandingkan pleura (4 kasus). Tumor berukuran kecil (<5 cm) lebih banyak yaitu 21 kasus. Sebagian besar SFT berbatas tegas dan SFT selular lebih banyak dari fibrous, yaitu 33:13. SFT selular umumnya menunjukkan selularitas tinggi dengan pleomorfisme sedang, sedangkan SFT fibrous dengan selularitas dan pleomorfisme sedang. Mitosis 0/10 LPB dan tanpa nekrosis. Didapatkan 3 kasus yang memenuhi kriteria SFT ganas dengan hiperselularitas inti pleomorfik, nekrosis dan mitosis >4/10LPB. Rekurensi ditemukan pada 5 SFT jinak.