Hubungan Nyeri Lutut dengan Posisi Kerja Berjongkok dan Faktor Risiko Lainnya pada Peternak Sapi Perah Studi di Provinsi Jawa Barat
Indah Maulida Rachmi
Retno Asti W.
I. Nyoman Murdana
August 2018 • DOI: 10.23886/ejki.6.8560.
Abstract
Peternak sapi perah terpajan faktor risiko besar untuk mengalami nyeri lutut. Posisi kerja berjongkok memberikan tekanan di lutut sehingga dapat menyebabkan cedera dan penyakit degeneratif sendi lutut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan nyeri lutut pada peternak sapi perah di Jawa Barat. Penelitian potong lintang dilakukan pada 117 orang di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP HPT) Cikole, Lembang pada bulan Mei-Juni 2017 (total populasi). Dilakukan wawancara, pengisian kuesioner Knee Injury and Osteoarthritis Outcome Score (KOOS) dan observasi posisi kerja. Uji Chi Square dan Regresi Logistik dilakukan Data dianalisis dengan program SPSS Statistics 20.0. Sebanyak 88% subjek mengalami nyeri lutut dengan keluhan terbanyak nyeri lutut ringan (84%). Didapatkan hubungan nyeri lutut dengan posisi berjongkok (ORc=7,36). Faktor risiko dominan yang berhubungan dengan nyeri lutut posisi berjongkok adalah masa kerja 6-10 tahun dengan ORA sebesar 7,35 (95% CI 1,25-42,95, p=0,027) dan masa kerja >10 tahun dengan ORA sebesar 26,09 (95% CI 1,24- 547,59, p=0,036). Terdapat hubungan nyeri lutut dengan posisi kerja berjongkok. Faktor risiko yang berhubungan dengan timbulnya nyeri lutut adalah masa kerja lebih dari 5 tahun. Perlu dilakukan perbaikan kondisi kerja pemerah sapi untuk mengurangi pajanan terhadap faktor-faktor risiko selama masa kerja.