(Analisis Lanjut Data Riskesdas 2010) Persentase Operasi Caesaria Di Indonesia Melebihi Standard Maksimal, Apakah Sesuai Indikasi Medis?
Taty Suryati
October 2012 • DOI: 10.22435/bpsk.v15i4 Okt.3031
Abstract
Latar Belakang: WHO menetapkan indikator persalinan caesaria 5–15% untuk setiap negara, jika tidak sesuai indikasioperasi caesaria dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi. Berdasarkan data RISKESDAStahun 2010, tingkat persalinan caesar di Indonesia 15,3% Sampel dari 20.591 ibu yang melahirkan dalam kurun waktu 5tahun terakhir yang diwawancara di 33 provinsi. Metode: Analisis lanjut dilakukan untuk mengetahui karakteristik ibu yang dioperasi caesar serta faktor risiko yang menyertai ibu saat kehamilan atau persalinan. Analisis data dengan menggunakan perangkat lunak SPSS dengan uji regresi logistik ganda. Hasil: Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji “chi square (x2), perolehan nilai probabilitas (nilai p) dengan tingkat signifi kansi (α < 5%). Angka tindakan operasi caesar di Indonesia sudah melewati batas maksimal standard WHO. Gambaran ibu yang dioperasi caesar; 64,52% bertempat tinggal di kota, 50,25% pendidikan ibu lulus SLTP ke bawah, dan 47,5% pada penduduk miskin (kuintil 1 dan 2), dan sekitar 72% pekerjaan kepala keluarga di sektor informal (petani/buruh/tidak bekerja). Sekitar 38% ibu yang dioperasi caesar adalah anak pertama/primipara, 75% ibu caesar bukan pada usia yang berisiko tinggi untuk persalinan normal melalui vagina (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun). 80% ibu yang di caesar juga tidak mempunyai riwayat janin meninggal, dan yang mempunyai tanda komplikasi selama kehamilan hanya 15,4%. Gambaran adanya faktor risiko ibu saat melahirkan/dioperasi caesaria adalah; hanya 13,4% karena ketuban pecah dini, juga hanya 5,49% pre-eklamsi dan 5,14% mengalami perdarahan, 4,40% karena jalan lahir tertutup, dan 2,3% karena rahim sobek.